Yogyakarta, Indotimes.co.id — Lima alumni vokasi dari berbagai perguruan tinggi tampil mengesankan dalam Forum Diskusi Ilmiah bertema “Menyiapkan Generasi Baru SDM BPR: Sinergi Penta Helix untuk Next Generation BPR” yang diselenggarakan Perbarindo bekerjasama dengan Sekolah Vokasi UGM.

Kegiatan berlangsung di Ballroom, Lt 2 Gedung Teaching Industry Learning Center, Sekolah Vokasi UGM, Yogyakarta. Mereka membagikan kisah inspiratif tentang perjalanan transisi dari dunia kampus ke BPR, sekaligus menunjukkan bahwa pendidikan vokasi terbukti mampu menjawab tantangan industri keuangan, khususnya di sektor Bank Perekonomian Rakyat (BPR).

Brich Abnerson, lulusan Keuangan dan Perbankan UI tahun 2023, mengisahkan bagaimana magang yang terintegrasi dengan kampus dan BPR mempercepat proses rekrutmennya ke BPR Intidana Sukses Makmur. Ia menyoroti pentingnya kompetensi manajemen risiko dan tata kelola yang ia peroleh selama kuliah, serta menyarankan agar kurikulum vokasi lebih banyak memasukkan materi digitalisasi dan analisis data.

Sementara itu, Maria Helmiana Jata, lulusan UNMER Malang yang kini menjadi teller di BPR Surasari Hutama, menyampaikan bahwa praktikum Bank Mini dan pelatihan layanan nasabah menjadi bekal penting dalam pekerjaannya. Ia berharap kampus memperkuat sisi praktik pencairan kredit dan memperdalam pemahaman APU-PPT.

Kisah menyentuh juga datang dari Nauli Natalia, lulusan Program Studi Analisis Keuangan Universitas Kristen Indonesia yang kini bekerja sebagai staf Divisi KMASAFIP di BPR Daya Perdana Nusantara. Ia langsung direkrut setelah yudisium oleh dosennya yang juga merupakan pimpinan BPR. Nauli mengungkap tantangan besar dalam memahami regulasi seperti POJK dan SEOJK, tetapi merasa tertolong dengan pelatihan APU-PPT dan mata kuliah manajemen risiko semasa kuliah. Ia mendorong agar kampus menyertakan simulasi audit kepatuhan, studi kasus regulasi, serta pelatihan komunikasi bisnis agar mahasiswa lebih siap secara teknis maupun etis.

Adi Yuma Karyadi dari Sekolah Vokasi UGM juga membuktikan bahwa lulusan vokasi bisa langsung berdampak. Setelah lulus dari Prodi Manajemen dan Penilaian Properti, ia kini bekerja sebagai staf appraisal di BPR Bank Jogja. Ia menyebut ilmu valuasi properti dari kampus sangat aplikatif, terutama dalam menilai agunan. Adi menyarankan agar mahasiswa vokasi mengikuti lomba, memperdalam core banking, dan memahami risiko kredit untuk memperkuat kesiapan kerja. Ia juga mendorong kampus lebih intensif dalam mengenalkan teknologi analisis data agunan sebagai kebutuhan mendesak di BPR.

Sementara itu, Ajeng Ayu Mutia dari Universitas Negeri Yogyakarta yang kini menjadi teller di BPR UGM menyoroti pentingnya pelatihan intensif dan pengalaman praktik pelayanan nasabah. Ia sempat merasa gugup di awal bekerja, namun dengan bekal akuntansi dan pelatihan yang diterima di kampus, kini ia merasa mantap menjalankan peran di garda depan. Ajeng berharap agar mahasiswa diberikan akses lebih luas untuk magang, pelatihan sistem layanan digital, dan penguatan keterampilan komunikasi dalam konteks layanan keuangan.

Secara keseluruhan, para alumni ini menyampaikan harapan besar agar pendidikan vokasi terus memperkuat kerja sama dengan industri BPR, memperbarui kurikulum berbasis regulasi dan praktik, serta menanamkan nilai-nilai kepemimpinan, etika, dan keberanian inovatif. Mereka membuktikan bahwa lulusan vokasi tidak hanya siap kerja, tetapi siap berkontribusi dan memimpin perubahan.

Dalam kalimat pamungkasnya, Nauli menegaskan, “BPR bukan hanya tempat bekerja, tetapi juga ruang untuk tumbuh, belajar, dan memberi dampak langsung kepada masyarakat.” Testimoni para alumni ini menjadi bukti bahwa pendidikan vokasi adalah fondasi kuat dalam mencetak SDM BPR masa depan.