KUD Koto Salak Berkontribusi Pada Sosial-Budaya

DHARMASRAYA, Indotimes.co.id – Kabupaten Dharmasraya merupakan wilayah paling ujung Provinsi Sumatera Barat yang berbatasan dengan Provinsi Riau dan Jambi. Jarak dari kota Padang 210 km, jika ditempuh jalan darat lewat lintas Sumatera, butuh waktu sekitar 5 jam.

Namun dari kota paling ujung itu, Koperasi justru tumbuh pesat dan berkembang. Salah satunya adalah KUD Kota Salak, di Nagari (desa) Kurnia Koto Salak, Kecamatan Sungai Rumbai, Kab Dharmasraya yang memperoleh penghargaan Koperasi Berprestasi 2018. Ini tercatat kedua kalinya, setelah pada 2013 juga mendapatkan penghargaan serupa pada puncak peringatan Harkopnas di NTB.

Dharmasraya yang merupakan hasil pemekaran wilayah kabupaten Sijunjung, 14 tahun lalu, berkembang sebagai salah satu penghasil kelapa sawit (buah pasir menurut istilah setempat -red). Penghasil kelapa sawit terbesar adalah di kecamatan Sungai Rumbai.

“Keberhasilan KUD Koto Salak, meraih penghargaan koperasi berprestasi tingkat nasional ini, tidak lain adalah berkat perjuangan, kerja sama kegigihan anggota dan pengurus dalam bekerja,” ungkap Ketua KUD Koto Salak, H Moh Yunus saat ditemui di Dharmasraya, Senin (16/7).

Yunus mengatakan, KUD koto Salak awalnya adalah petani-petani kelapa sawit yang tergabung dalam sejumlah kelompok. Karena bekerja di sektor yang sama, maka timbul keinginan dari petani-petani ini untuk membentuk koperasi, agar bisa meningkatkan bargaining juga mendapatkan status Badan Hukum (BH) untuk bisa melakukan berbagai langkah pengembangan usaha.

KUD tersebut berdiri pada 1991 sesuai badan hukum No: 2113/BH-XVII. KUD itu berjalan tertatih-tatih dan menjalani masa sulit.

“Awalnya kantor KUD kami berada di camp atau mess perkebunan kelapa sawit. Dan secara perlahan KUD Koto Salak mulai bangkit menjadi koperasi kelapa sawit yang diperhitungkan di kabupaten Dharmasraya,” katanya.

Lalu, setelah dikeluarkan sertifikat klasifikasi oleh Dinas Koperasi Perekonomian dan Perdagangan (Diskoperindag) Dharmasraya dengan nilai A sangat mantap pada 2004, KUD itu memiiliki sumber penghasilan dari perkebunan kelapa sawit itu semakin menampakkan hasilnya.

Bahkan pada 2005, KUD itu meraih penghargaan sebagai koperasi berprestasi dari Pemkab Dharmasraya. Penghargaan tersebut memacu semangat serta motivasi bagi pengurus dan anggota untuk lebih baik.

“Hal tersebut dapat dibuktikan atas pencapaian dalam meraih penghargaan koperasi berprestasi dari Pemkab Dharmasraya dan Pemprov Sumbar pada 2009. Kemudian meraih penghargaan UMKM koperasi berprestasi jenis produsen tahun 2013,” katanya.

Ia melanjutkan, pada tahun yang sama/2013, Diskoperindag Dharmasraya juga mengeluarkan sertifikat klasifikasi dengan nilai A (sangat baik) untuk KUD Koto Salak. Tak berselang beberapa bulan kemudian, KUD Koto Salak juga meraih penghargaan dari Kementerian Koperasi RI dalam kategori KUD berprestasi tingkat nasional. Penghargaan itu diserahkan oleh Presiden RI di Provinsi NTB.

Sementara pada 2015, KUD Koto Salak juga meraih penghargaan dari Dinas Koperindag Dharmasraya sebagai KUD terbaik. Baru-baru ini, Ketua KUD Koto Salak juga menerima penghargaan dalam kegiatan pertemuan nasional sawit Indonesia di gedung Kementerian Keuangan RI Jakarta.

Perluas Unit Usaha

Memiliki segudang prestasi dalam mengelola koperasi, tak membuat H Moh Yunus merasa puas. Sejak dipercaya oleh anggota untuk memimpin koperasi tersebut dan sampai saat ini ia terus berinovasi.

Unit usaha yang digeluti juga semakin luas. Jika awalnya hanya koperasi kelapa sawit, kini KUD Koto Solok juga sudah memiliki Unit Simpan Pinjam (USP), Waserda (Warung Serba Ada), Transportasi, sampai unit usaha alat-alat berat.

“Unit usah alat berat ini kami buka karena banyak permintaan dari anggota agar jalan-jalan sekitar perkebunan diperbaiki, sehingga transportasi pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar) lebih gampang,” paparnya.

KUD ini mengelola lahan seluas 600 hektare, dimana tiap bulannya mampu menghasilkan panen kelapa sawit dalam bentuk TBS. Harganya pun cenderung naik turun, namun dari perhitungan kasar, tiap kavling (2 hektare) mampu menghasilkan Rp 3-4 juta. Berarti dalam sebulan perputaran uang di KUD ini berkisar Rp 2,5 sampai Rp 3 miliar.

Menurut Yunus, awalnya lahan yang dikelola KUD Koto Salak seluas 750 hekare, namun karena di kabupaten Dharmasraya ini adalah kota transmigran, maka KUD memberikan sebagian lahannya untuk dijadikan lahan transmigrasi.

”Kini KUD Koto Salak telah memiliki berbagai fasilitas untuk menjawab keluhan anggota, baik di lapangan maupun terhadap persoalan keuangan. Setidaknya saat ini KUD Koto Salak telah mengucurkan ratusan juta dana dalam bentuk simpan pinjam anggota,” tutur H Moh Yunus.

Pada akhir Februari 2018 lalu,KUD Koto Salah melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2017, dimana aset usahanya sudah mencapai Rp 8 miliar, sementara omset mencapai Rp 2,7 miliar perbulan. Pada RAT 2017, KUD Kota Salak membagi SHU sekitar Rp 170 juta atau naik dibanding tahun sebelumnya sekitar Rp 150 juta.

Menurut HM Yunus, KUD Koto Salak tak hanya memberikan kontribusi pada perekonomian saja, khususnya bagi anggotanya yang berjumlah 280 petani. Karena kultur masyarakat Sumatera Barat pada umumnya berlandaskan agama dan semangat gotong royong yang tinggi, KUD ini juga ikut berkiprah pada bidang sosial budaya sampai pendidikan agama,

“Waktu gempa beberapa waktu lalau, kami bersama-sama membangun kembali masjid dan Mushola yang rubuh, bahkan menbdirikan beberapa masjid baru,” kata Yunus.

Selain itu dalam tiga atau empat tahun terakhir, KUD Koto Solok juga terjun dalam bidang pendidikan dengan merintis MTs (Madrasah Tsanawiyah) Kurnia Koto Salak, atau sekolah agama setingkat SMP.

“Kenapa kami terjun ? karena disini masih banyak yang beranggapan kenapa harus sekolah tinggi tinggi, ujung-ujungnya biaya sekolah juga, karena itu pendidikan agak tertinggal di sini,” akunya.

Saaat membuka sekolah rintisan, awalnya muridnya cuma delapan orang. Lalu kami coba c ari tanah dan kami juga mewakaf 1 hektar lahan, dan sekarang muridnya sudah berjumlah 200 orang,” ujarnya.

KUD Koto Salak juga menyediakan pinjaman haji pagi anggotanya dengan plafon 25-30 juta. “Alhamdulillah saat ini ada 20 jemaah haji pada 2018 ini,” ujarnya.

Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan Raja mengatakan, penduduk wilayah Dharmasraya merupakan multi etnis, dimana 36 persennya adalah transmigran. Karena itu, pihaknya selalu berusaha membaurkan penduduknya dalam satu kegiatan berkelompok secara bersama-sama, dan koperasi adalah jawabannya.

“Kami melakukan koordinasi dengan semua pihak untuk memberikan pelayanan pada koperasi,” ujar Bupati yang mendapatkan penghargaan Satya Lencana Karya yang disematkan langsug oleh Presiden RI Joko Widodo dalam peringatakan Harkopnas di ICE Tangerang,12 Juli 2018 lalu.