Kenangan Balbaid Terhadap Sosok Sutopo Purwo Nugroho

JAKARTA, Indotimes.co.id – Meninggalnya Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meninggalkan duka yang mendalam ke seluruh penjuru negeri.

Para tokoh negeri pun turut berduka dan menyampaikan rasa kehilangannya atas sosok Sutopo. Mulai dari Presiden RI, Joko Widodo, Mantan Presiden ke-4 RI Megawati Soekarnoputri, Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Penyanyi Raisa Andriana, hingga Wakil Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar ( AMPG ) DKI Jakarta, Muhammad Ahmad Balbaid.

Waketum AMPG DKI, M. A. Balbaid, mengenang Sutopo sebagai sosok yang penuh dedikasi, dan pejuang yang tangguh. “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Turut berduka atas berpulangnya ke Rahmatullah, Sutopo Purwo Nugroho di Guangzhou, Cina,” ucap Balbaid di Jakarta, Senin (8/7).

Lebih lanjut, Balbaid menuturkan bahwa almarhum Sutopo merupakan orang yang semasa hidupnya didedikasikan untuk orang banyak. Hingga menjelang akhir hayatnya sebagai Kepala Pusdatinmas BNPB, beliau tetap mengabarkan dengan cepat kejadian bencana alam gempa bumi, longsor, tsunami, maupun kebakaran yang terjadi hingga ke pelosok negeri untuk kita selalu waspada dan tidak bingung.

Selama ini almarhum Sutopo Purwo Nugroho memang diketahui sebagai salah satu penyintas kanker stadium 4. Hal ini juga diunggah di keterangan Twitter miliknya. Meski mengidap penyakit yang mematikan, tak menyurutkan langkah almarhum Sutopo Purwo Nugroho dalam bertugas di BNPB. Bahkan almarhum sangat aktif memberikan berbagai informasi melalui Twitter maupun media sosial lain terkait kebencanaan di Indonesia.

Sejak divonis kanker paru pada akhir Desember 2017, Sutopo mengaku syok. Kemoterapi yang ia jalani pun untuk mempertahankan hidupnya, bukan menyembuhkan. “Sampai saya mencari second opinion ke Malaysia. Dokter di sana juga memvonis kalau saya menderita kanker paru stadium 4B. Saya tanya waktu itu, ‘Dok, apakah kanker ini bisa sembuh?’ Dokter jawab enggak ada obatnya. Paling kemo hanya mempertahankan hidup 1-3 tahun,” tutur Sutopo dalam sebuah tayangan talk show pada November 2018 silam.

Sepulang dari Malaysia, Sutopo menenangkan diri. Ia berikhtiar berobat dan ikhlas. “Saya ikhlas memaknai hidup. Hidup bukan ditentukan panjang pendeknya usia, tapi seberapa besar memberikan manfaat kepada sesama. Saya pikir, ini perjalanan hidup saya karena semua orang hidup digariskan. Saya pun tetap bekerja sehari-hari,” ungkap almarhum Sutopo, beberapa waktu lalu sebelum menjalani pengobatan ke Guangzhou, China.