Ribka Tjiptaning Miris Lihat Anak-anak Indonesia diajarkan Rasa Kebencian dan Permusuhan
Ketua Bidang Sosial dan Penanggulangan Bencana DPP PDI Perjuangan, Ribka Tjiptaning bersama anak pemulung di sekolah pemulung Tangerang

JAKARTA, Indotimes.co.id – Ketua Bidang Sosial dan Penanggulangan Bencana DPP PDI Perjuangan, Ribka Tjiptaning mengaku miris melihat anak-anak sudah diajarkan kekerasan, rasa kebencian dan permusuhan.

Hal tersebut terjadi ketika Pawai Obor di bulan Mei 2017 lalu, saat Bom Kampung Melayu meledak. Anak-anak sudah diajarkan kekerasan, rasa kebencian dan permusuhan.

“Lagu menanam jagung  adalah lagu anak-anak, syairnya mengajarkan anak-anak rajin bekerja, seperti ajakan menanam jagung di kebun kita. Tapi bagaiman bila lagu itu dinyanyikan  dan diubah syairnya menjadi bunuh….bunuh…si Ahok”, jelas Ribka Tjiptaning dalam siaran pers yang diterima redaksi indotimes.co.id pada Minggu (23/7/2017)

Lebih anjut Ribka Tjiptaning juga mengamati perihal dunia media sosial (medsos), banyak keluhan dari orang tua kalau anaknya diajarkan oleh gurunya untuk tidak menyukai pemimpin yang tidak seagama dengannya. Hal itu marak ketika Pilkada DKI kemarin , yang terkenal dengan isu SARA. Bahkan ada sekolah TK sudah diajarkan tentang khilafah, tidak diajarkan rasa mencintai NKRI, nasionalisme Indonesia.

“Itulah, sebagian dari wajah anak Indonesia, di Hari Anak Nasional saat ini. Wajah anak-anak yang akan mempunyai massa depan dengan pemikiran intoleran, cinta kekerasan, dan kehilangan rasa nasionalisnya “, ujar Ribka Tjiptaning di Hari Anak Nasional yang terjadi pada tanggal 23 Juli 2017.

Menurut Ribka, kita tentu tidak ingin wajah anak Indoensia seperti itu, karena di belahan dunia lain, kita menyaksikan anak-anak sudah diajarkan mengangkat senjata dan berperang.

“Seperti di beberapa negara Afrika dan negara di Timur Tengah. Seperti di Pantai Gading, negara kecil di Afrika yang terkenal dengan kekayaan alamnya, penghasil diamond. Anak-anak dipesenjatai dan berperang untuk memperebutkan berlian,” jelasnya .

Menanggapi permasalahan di atas, Ribka Tjiptaning merasa pemerintah kini memiliki pekerjaan rumah yang teramat banyak untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi anak-anak Indonesi. Ada lagi permasalahan kekerasan terhadap anak yang sampai hari ini kasusnya belum menurun, apalagi berhenti.

“Atau anak-anak miskin yang dapat Kartu Indonesia Pintar (KIP), tapi tidak bisa sekolah di sekolah negeri karena tidak diterima. Masih maraknya bullying di sekolah, sehingga menekan psikologi anak,” katanya.

Selaku Ketua Bidang Sosial dan Penangulangan Bencana DPP PDI Perjuangan,  Ribka Tjiptaning menyatakan beberapa point penting terhadap pendidikan anak Indonesia.

“Pertama, Pendidikan di sekolah kepada anak Indonesia tentang toleransi, cinta tanah, anti kekerasan, haruslah digiatkan lagi. Kedua, Pengawasan kepada lembaga pendidikan anak agar lebih intens, dan pemberian sanksi yang tegas bila ada yang mengeksploitasi politik anak. Ketiga, Sekolah negeri untuk anak miskin. Keempat, Stop bullying di sekolah”. tutupnya