Emas Olimpiade dan Reformasi Sepakbola jadi Momentum Emas Tiga Tahun Kemenpora

JAKARTA, Indotimes.com.id – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menegaskan dalam tiga tahun ini, ada momentum emas di mana Indonesia telah berhasil mengukir prestasi tertinggi di dunia olahraga dalam Olimpiade 2016.

Demikian dikatakan Menpora dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) dengan tema “Pemberdayaan dan Keberpihakan untuk Mengatasi Ketimpangan” yang berlangsung di Gedung Bina Graha, Kantor Staf Presiden (KSP), Jakarta, Senin (23/10).

“Salah satu prestasi tertinggi dunia olahraga Indonesia terjadi ketika Tantoei Ahmad/Liliyana Natsir merebut medali emas di Olimpiade 2016. Itu mengakhiri puasa emas yang sudah berlangsung delapan tahun,” ujar Imam.

Menurut Imam, capaian tersebut hanya bisa tercapai lewat masa persiapan yang efektif di tengah-tengah berbagai kejuaraan bulutangkis lainnya. Selain itu, sambungnya, sejak awal Kemenpora juga sudah menjanjikan hadiah Rp5 miliar bagi perebut emas.  “Itu sebagai bentuk apresiasi atas prestasi tertinggi,” katanya.

Pemberian hadiah itu didasarkan pada Perpres 44 tahun 2014 dan juga pemberian penghargaan olahraga dan Permenpora 1684 tahun 2015 tentang Pemberian Penghargaan Olahraga.

Masih menurut Imam, selain Olimpiade, Reformasi sepak bola merupakan salah satu prestasi yang dilakukan Kemenpora di tahun pertama. Diawali dengan penyusunan blue print tata kelola sepak bola Indonesia. Dimana dalam blue print itu, kata dia, dipetakan langkah-langkah strategis yang harus dilakukan Indonesia dalam 25 tahun ke depan.“Jika ingin berbicara di kancah internasional, harus ada dibuat seperti apa langkah strategis yang harus dilakukan Indonesia dalam 25 tahun ke depan,” katanya.

Seiring dengan itu, menurut Menpora, diambil langkah tegas pada PSSI dan klub-klub yang membandel dalam urusan tata kelola. Seperti, sambung dia, tidak memiliki NPWP atau legalitas hukum yang jelas.

Diakuinya ketegasan Kemenpora itu sempat membuat banyak stakeholder yang kaget dan kemudian gaduh, terutama ketika FIFA memberikan sanksi pembekuan. Hanya saja, dengan paksaan itulah, klub-klub mulai berubah dan memperhatikan aspek hukum yang biasanya diabaikan.

Buah dari pembekuan itu, menurut Menpora, adalah pergantian di struktur PSSI dengan banyak wajah baru yang mengisi. Selain itu, sambung dia, kompetisi teratas yaitu Liga 1 juga semakin professional dan dilirik banyak sponsor.

“PSSI juga mulai menggulirkan wacana pembinaan usia dini yang semula diabaikan oleh pengurus-pengurus generasi sebelumnya,” kata Imam.

Diskusi yang dibuka oleh Kepala KSP Teten Masduki dan dimoderatori oleh Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi, juga dihadiri  Menkes Nila F Moeloek, Mendikbud Muhadjir Effendy, Mensos Khofifah Indar Parawansa, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Wamen ESDM Arcandra Tahar, Mendes PDTT Eko Putro Sandjojo, Menristekdikti M Nasir, Menteri PPPA Yohana Yambise, serta Sekjen Kemenag Nur Syam.