JAKARTA, Indotimes.co.id – Hari Kebangkitan Nasional adalah salah satu peringatan bersejarah yang memiliki makna mendalam tentang perjuangan dan kebanggaan menjadi bagian dari Indonesia. Dimulai dari pergerakan Boedi Oetomo pada tahun 1908, lahirlah cita-cita besar untuk mencerdaskan bangsa Indonesia, hingga akhirnya menjadi negara yang merdeka dan memiliki kedaulatannya.

Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, Pastor Antonius Benny Susetyo, Pr., menjelaskan bahwa hal ini erat kaitannya dengan konsep kedaulatan rakyat. Menurutnya, kemerdekaan sejati tercapai ketika individu dan masyarakat di suatu negara mampu mengelola sumber daya alam serta manusianya untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama.

“Oleh karena itu, semangat yang digelorakan oleh Dr. Soetomo dan Dr. Wahidin Soedirohoesodo, serta para pendiri Boedi Oetomo harus dihidupkan kembali dalam konteks zaman modern,” kata Benny di Jakarta, Kamis (23/5).

Ia menambahkan bahwa perjuangan kemerdekaan untuk kedaulatan Indonesia rasanya sulit dilepaskan dari konsep ketuhanan, bahkan poin penting ini menjadi sila pertama dalam Pancasila. Agama memiliki peranan penting sebagai motivasi besar para pejuang dan pendiri bangsa untuk mengantarkan Indonesia agar menjadi bangsa yang mandiri.

Romo Benny, panggilan karibnya, berpendapat bahwa agama memainkan posisi krusial dalam menginspirasi manusia. Melalui agama yang sarat dengan nilai-nilai kebajikan, seorang manusia akan menghayati apa yang menjadi tujuan hidupnya.

Dengan menjalankan nilai keimanan dan ketakwaan, seseorang akan semakin giat bekerja, demi mengejar makna dan tujuan hidup itu sendiri. Selain itu, kejujuran, integritas, disiplin, kerja keras itu juga bagian dari iman. Karenanya, orang yang bekerja melayani publik itu sama halnya dengan para pejuang kemerdekaan, mereka sama-sama mengaktualisasikan keimanan mereka dalam tindakan nyata.

“Sebenarnya agama itu menjadi spirit. Dia bisa menjadi etos kerja, sehingga seseorang itu kalau tidak bekerja atau menganggur, dia merasa berdosa karena dia tidak menggunakan kemampuannya yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Karena agama menjadi spirit untuk kerja keras itulah yang akhirnya membuat seseorang yang beriman itu merasa memiliki kewajiban. Nah kewajiban orang beriman itu apa? Yaitu berbagi kepada sesamanya,” terang Romo Benny.

Selain menyangkut soal keimanan, kemandirian suatu bangsa juga bisa ditunjukkan dari kedewasaan dalam berpikir, bernalar, dan menjalin hubungan sesama manusia. Jika masyarakat suatu negara mampu berinovasi dalam kreasinya untuk mengembangkan potensinya, dan diamplifikasi di tingkat nasional, maka perbaikan ekonomi adalah konsekuensi logis dari perjuangan kemandirian negara tersebut.

Romo Benny juga mengulas akan hal ini. Menurutnya, Bung Karno sebagai proklamator Negara Kesatuan Republik Indonesia pernah menyampaikan cita-citanya bahwa Indonesia harus mampu berdiri di atas kaki sendiri.

Hal ini berarti Indonesia bisa mengolah potensi sumber daya alamnya tanpa harus bergantung pada negara atau pihak lain. Pengelolaan sumber daya alam Indonesia tentu tidak lepas dari mekanisme pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah dan pihak terkait.

Romo Benny juga mengingatkan agar para pemangku kepentingan mampu mewujudkan kemandirian bangsa. Besar harapan bangsa Indonesia agar tidak lagi bergantung kepada pihak asing.

Menurut Romo Benny, Pemerintah harus menyediakan iklim yang kondusif bagi perkembangan inovasi dan kreativitas masyarakatnya. Sementara itu, masyarakat juga harus berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional, dengan memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang produktif dan mendukung kemandirian bangsa.

“Kemandirian dalam bidang politik dan kebijakan publik harus menjadi prioritas. Ini semua bisa dicapai dengan mengupayakan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan dari dalam negeri. Elite politik harus mendorong kebijakan yang bisa mengembangkan potensi sumber daya alam dan manusia dalam negeri,” ujarnya.

Romo Benny Susetyo berharap agar generasi muda Indonesia bisa mengisi semangat kebangkitan nasional dengan memberikan kontribusi terbaiknya bagi bangsa dan negara. Pemuda Indonesia perlu banyak belajar dari peristiwa bersejarah seperti perintisan gerakan Boedi Oetomo, yang sejatinya berangkat dari keprihatinan sosial kaum intelektual kala itu.

“Mengapa Dr. Wahidin Soedirohoesodo dan Dr. Soetomo memiliki kepekaan bahwa kita harus lepas dari penjajahan? Karena pengalaman mereka sebagai dokter yang berjumpa dengan rakyat kecil. Mayoritas orang Indonesia saat itu mengalami kemiskinan. Menyaksikan betapa susahnya orang-orang kecil itu tertindas, maka timbul kesadaran untuk memperjuangkan kecerdasan rakyat agar Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dan berdaulat,” pungkas Romo Benny.