JAKARTA, Indotimes.co.id – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) terus melakukan sosialiasi pencegahan intoleransi, kekerasan, dan bullying di satuan pendidikan melalui program Sekolah Damai.

Program ini adalah salah satu dari tujuh program prioritas BNPT RI tahun 2024.
Program ini sangat penting karena tiga dosa besar dunia pendidikan Indonesia itu adalah cikal bakal dari seseorang menjadi radikal dan kemudian meingkat menjadi teroris.

Direktur Pencegahan BNPT RI Prof. Dr. Idris, MA, Sekolah Damai ini adalah upaya untuk merapatkan barisan untuk menjaga anak-anak dari paparan intoleransi, kekerasan, dan bullying yang bisa membawa mereka masuk ke jaringan radikal terorisme. Untuk itu, penting bagi para guru untuk memahami fenomena ini agar mampu memberikan pencerahan dan pemahaman yang baik kepada para anak murid.

“Tugas kita para guru adalah menterjemahkan bahasa nilai-nilai Pancasila ke bahasa kids zaman now. Jadi tidak bisa lagi kita menjelaskan nilai-nilai Pancasila hanya dengan pengertian sila pertama sampai sila kelima. Tapi beri penjelasan dengan kalimat dan cara-cara anak-anak zaman sekarang,” ujar Prof Irfan saat membuka Sekolah Damai di SMAN 39 Cijantung, Jakarta Timur, Selasa (11/6).

Ia mengungkapkan, Pancaila adalah nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dan telah turun temurun diwariskan oleh founding fathers dan nenek moyang bangsa Indonesia. Dan Pancasila terbukti mampu menyatukan berbagai keragaman Indonesia.

Karena itu, nilai-nilai Pancasila harus terus ditanamkan dan dipahamkan kepada generasi muda. Prof Irfan mencontohkan, banyak negara di dunia yang terlibat perang saudara karena hanya berbeda etnis atau suku karena mereka tidak memiliki Pancasila.

Lebih lanjut, Prof Irfan menjelaskan, Sekolah Damai di SMAN 39 ini adalah kegiatan kelima setelah sebelumnya Sekolah Damai digelar di Palu (Sulawesi Tengah), Serang (Banten), Banyuwangi (Jawa Timur), dan Semarang (Jawa Tengah). Pelatihan Guru ini diikuti guru-guru PKN, BK, dan Agama dari SMAN 39, dan dari tujuh sekolah di Jaktim.

“Kegiatan ini untuk mensosialisasikan nilai-nilai kedamaian di sekolah. Diharapkan para guru ini menjadi corong untuk menyuarakan nilai nilai perdamaian agar anak anak kita tidak mudah terpapar paham radikal terorisme,” tutur Prof. Irfan.

Ia berharap setelah mengikuti kegiatan Sekolah Damai ini, para guru dan siswa mendapat menu pilihan yang bisa mendamaikan antara sesama. Kalau selama ini banyajk ditemukan menu intoleransi di media sosial, sekarang mereka (guru dan siswa) harus aktif memviralkan menu kebaikan bahwa Indonesia itu negara penuh kedamaian, bahwa kekerasan itu adalah tidak berdasar serta tidak sesuai dengan agama apapun di Indonesia.

“Harapan kita kedepan agar anak anak semakin tercerahkan sehingga dapat membedakan paham sesat dan ajaran agama yang benar. Juga mana yang bertentangan dengan nilai nilai Pancasila,” ungkapnya.

Selai itu, Prof Irfan juga meminta para guru terus membudayakan dialog dan komunikasi dengan anak didik untuk mencegah perilaku intoleran. Tentunya cara dan strateginya harus diubah tidak bisa konvensional lagi seperti dulu. Apalagi di tengah kemajuan era globalisasi saat ini.

“Para guru untuk banyak-banyak belajar. karena sekarang ini anak-anak bisa dikatakan lebih cerdas karena dia setiap saat selalu berinteraksi dengan dunia maya. Sekolah Damai ini ada karena anak-anak kita sekarang diserang. Gadget yang melekat pada anak menjadi ruang propaganda yang efektif membentuk anak menjadi pribadi yang intoleran,” terangnya.

Dikatakannya, dengan maraknya dunia digital yang sudah menguasai generasi muda, maka perlu strategi baru bagi seorang guru baik itu guru bidang agama, guru bidang Pancasila dan bidang lainnya untuk dapat menanamkan nilai-nilai perdamaian, nilai-nilai positif melalui aplikasi yang ada di dunia maya.

Prof Irfan menegaskan bahwa tahun 2023 lalu, Indonesia zero terrorist attack atau tidak ada serangan teroris di Indonesia. Namun keberhasilan itu tidak boleh membuat lengah, justru kewaspadaan harus terus ditingkatkan. Pasalnya, saat ini terjadi perubahan pola strategi kelompok radikal terorisme, dimana kaum perempuan, remaja, dan anak-anak.

“Melalui Sekolah Damai inilah diharapkan, kita bisa menyelematkan anak-anak dan remaja dari paparan intoleransi, kekerasan, dan bullying, yang bisa mengarah ke radikal terorisme,” tandasnya.

Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Purwosusilo M.Pd, menyambut baik gelaran Sekolah Damai di SMAN 39 ini. Ia berharap kegiatan ini membawa manfaat dalam melawan berbagai bentuk intoleransi, kekerasan, dan bullying di satuan pendidikan.

“Bicara intoleransi tentunya menjadi salah satu penyebab terjadinya perundungan atau bullying di lingkungan satuan pendidikan. Ini jelas menimbulkan lingkungan sekolah tidak kondusif. Intinya, isu intoleransi, kekerasan, dan bullying masalah serius yang sangat mengganggu tatanan di sekolah,” katanya.

Sebenarnya, lanjut Purwosusilo, Disdik DKI Jakarta telah menerbitkan surat edaran nomor 0061/SE/2023 tentang Tim Pencegahan dan Peneangan Kekerasan (TPPK) di lingkungan satuan pendidikan. Keberadaan TPPK itu untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Ia berharap keberadaan SE tidak hanya secara administratif saja, tetapi harus fokus dengan implementasi di setiap sekolah. Nantinya TPPK masing-masing sekolah setiap istirahat ada yang monitor tempat-tempat tertentu yang memungkinkan anak-anak melakukan sesuatu yang tidak terpantau.

“Selain itu juga mendorong peserta didik untuk melapor jika mengalami intoleransi dan bullying, juga bila melihat orang lain di bullying. Maka siapkan kanan aduan sehingga bisa lebih mudah melakukan pemetaan,” ucapnya.

Hadir dalam hari pertama Sekolah Damai di SMAN 39 Jakarta ini Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Kolonel Cpl Hendro Wicaksono, SH, M.Krim, Wakil Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaah Provinsi DKI Jakarta Purwosusilo M.Pd, dan Kepala Sekolah SMAN 39 Dra. Wahyu Murniningsih, M.Pd.

Sebagai narasumber antara lain staf ahli BNPT M Suaib Tahir, Lc, MA, PhD, penulis dan pakar literasi HM Sofa Ihsan, mantan napiter Iqbal Husaini, dan Prof. Dr. Rena Latifa, M.Psi. (UIN Syarif Hidayatullah).
Hari kedua gelaran Sekolah Damai di SMAN 39 ini, diisi Workshop Siswa “Pelajar Cerdas Cinta Damai Tolak Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying”. Juga akan digelar lomba melukis dan launching ekstra kurikuler oleh Duta Damai BNPT DKI Jakarta. Hadir juga dai dan konten kreator kondang Habib Husein Ja’far Al Hadar.