JAKARTA, Indotimes.co.id – Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora) Zainudin Amali menghadiri Rapat Kerja dengan Badan Legislasi (Baleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI di Gedung Nusantara I DPR, Jakarta, Kamis, (1/4).
Pada rapat tersebut, Zainudin menyampaikan pandangan dari pemerintah atas pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi RUU tentang perubahan atas UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Pada kesempatan itu Zainudin menjelaskan grand design olahraga nasional. Sasaran utama dari grand design adalah sukses prestasi di Olimpiade. Karena itu, sekarang ini, lanjutnya, Kemenpora sedang melakukan finalisasi rancangan grand design olahraga nasional.
“Grand design ini sudah diputuskan dalam rapat terbatas tanggal 15 Maret yang lalu dan juga sudah dilaporkan ke Komisi X DPR RI. Maka sangat pantas apabila dilaporkan kepada Badan Legislasi DPR RI. Karena ini akan mewarnai pembahasan undang-undang ini,” kata Zainudin.
Menurutnya, grand design olahraga nasional berawal dari arahan Bapak Presiden pada peringatan Hornas ke-37. “Bapak Presiden meminta kepada kami untuk melakukan review total terhadap rancangan atau ekosistem olahraga nasional dan tata kelola pembinaan atlet sehingga bisa berprestasi. Hal ini yang menjadi dasar kami sehingga kami membuat desain besar tentang olahraga nasional,” ucap menteri asal Gorontalo itu.
Lebih lanjut, Zainudin mengutip salah satu guru besar asal Amerika Serikat Anders Ericsson yang menyebutkan bahwa bahwa tidak ada jalan pintas dalam meraih prestasi. Paling tidak dibutuhkan minimal 10 tahun untuk meraih prestasi atau atau 10000 jam latihan untuk mengantarkan atlet menuju podium internasional.
Pembinaan atlet jangka panjang akan menghasilkan atlet dunia. Namun menurutnya, selama ini pola pembinaan atlet Indonesia tidak seperti itu. Pola pembinaan atlet Indonesia adalah by accident bukan by design. “Kita menemukan juara tapi setelah dia selesai tidak ada lagi. Selain itu, ada satu pandangan yang selama ini masih melekat di dalam pikiran kita bahwa olahraga ini dianggap sebagai biaya,” katanya.
“Oleh karena itu di dalam grand design olahraga nasional ini, kita harus merubah mindset kita bahwa olahraga itu adalah investasi negara untuk pembangunan sumber daya manusia dan dia pasti dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa di tingkat internasional,” tandasnya.
Zainudin menambahkan, hanya ada dua kejadian yang membuat lagu Indonesia Raya dinyanyikan dan bendera merah putih berkibar yaitu saat kunjungan kenegaraan Presiden keluar negeri dan ketika atlet berprestasi di pentas internasional.
Sehingga sasaran utama kita adalah sukses prestasi Olimpiade. Karena itu adalah ukuran keberhasilan prestasi olahraga kita. Maka dalam grand design olahraga nasional ini yang menjadi sasaran utama adalah prestasi Olimpiade dan Paralimpiade,” pungkasnya.